Teknik Lobi dan Membangun Jaringan - Cv. Fajar Wagadey

Header Ads

test banner

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 23 September 2017

Teknik Lobi dan Membangun Jaringan

Berbicara mengenai lobi, tentunya terlebih dahulu penulis merujuk dari definisi secara bahasa dan istilah. Meskipun kegiatan lobi atau lobbying sudah sangat banyak dilakukan oleh pembaca. Secara umum, selama manusia itu melakukan proses komunikasi dengan orang lain, maka disitulah kegiatan lobi itu terjadi dan kadangkala kita juga melakukan tanpa kita sadari. Istilah “lobi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki banyak pengertian; “ruang teras di dekat pintu masuk hotel (bioskop, apartemen, dll), yang biasanya dilengkapi dengan perangkat meja, kursi, dan perabot lainnya”, atau “kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mempengaruhi orang lain yang kaintannya dengan pemungutan suara menjelang pemilihan ketua organisasi, hingga Presiden”.
Sama halnya definisi tentang apa itu “lobi” menurut Mubaraq (2015), “Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh perseorangan atau kelompok dengan tujuan mempengaruhi; pemimpin lain (organisasi atau instansi) yang mempunyai jabatan penting”. Menurut Anwar (1997) definisi yang lebih luas adalah suatu upaya informal dan persuasif yang dilakukan oleh satu pihak (perorangan, kelompok, Swasta, Pemerintah) yang memiliki kepentingan tertentu untuk menarik dukungan dari pihak-pihak yang dianggap memiliki pengaruh atau wewenang, sehingga target yang diinginkan tercapai. Pendekatan secara persuasif menurut pendapat ini lebih dikemukakan pada pihak pelobi dengan demikian dibutuhkan keaktifan untuk pelobi untuk menunjang kegiatan tersebut.
Lebih jauh mengenai makna dan bahasan ‘lobi’ tersebut, Andini (2012) melihat bahwa kegiatan lobi sarat akan kegiatan politis, atau dengan kata lain bahwa ‘orang yang mempunyai hajat (urgency) membangun relasi emosiaonal demi terwujudnya suatu profit. berlandaskan asal kata lobi yang berarti teras atau ruang depan yang terdapat di hotel-hotel, tempat dimana para tamu duduk-duduk dan bertemu dengan santai kemungkinan  kata lobi melatar belakangi perkembangan istilah “melobi” yang terjadi karena kebiasaan para anggota parlemen di Inggris yang biasa berkumpul  di lobi ruang sidang dan memanfaatk1an pertemuan di ruang tersebut untuk melakukan berbagai pendekatan,  diantara persidangan.
Seirama dengan Maschab (1997) yang lebih menekankan bahwa lobbying adalah segala bentuk upaya yang dilakukan oleh suatu pihak untuk menarik atau memperoleh dukungan pihak lain. Pandangan ini mengetengahkan ada dua pihak atau lebih yang berkepentingan atau yang terkait pada suatu objek, tetapi kedudukan mereka tidak sama. Dalam arti ada satu pihak yang merasa paling berkepentingan atau paling membutuhkan, sehingga kemudian melakukan upaya yang lebih dari yang lain untuk memcapai sasaran atau objek yang diinginkan. Pihak yang paling berkepentingan inilah yang akan aktif melakukan berbagai cara untuk mencapai obyek tersebut dengan salah satu caranya melakukan lobbying.
Dan dapat disimpulkan secara kongkrit bahwa lobi adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan individu ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan organisasi lain maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi dan pemerintahan sehingga dapat memberikan keuntungan untuk diri sendiri ataupun organisasi dan perusahaan pelobi.
Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan lobi
  1. Pelobi
Pelobi melakukan kegiatan lobi dengan tujuan memengaruhi mereka yang menjadi sasaran lobi. Dalam melakukan kegiatannya pelobi bisa dilakukan oleh individual atau kelompok. Pelobi biasanya melakukan tekanan pada saat kegiatan lobi tengah berlangsung kepada sasaran lobi untuk memperoleh hal-hal yang diinginkan secara halus.
  1. Pihak yang dilobi
Pihak yang dilobi, atau sering juga disebut sasaran lobi. Mereka biasanya merupakan individu berpengaruh, kelompok, lembaga pemerintahan, maupun lembaga atau organisasi pemerintah hingga pihak swasta pun. Pihak yang dilobi juga bisa jadi merupakan bagian dari usaha untuk memperoleh teman yang berguna, bagi pelobi, maupun organisasi atau perusahaan tempat pelobi bergabung atau bekerja.
  1. Contoh yang biasanya terlibat kegiatan lobi
Ada beberapa elemen yang sudah memang sering terlihat dan lihai melakukan teknik lobi.
  1. Golongan masyarakat yang memiliki wawasan dan pengetahuan cukup luas dengan reputasi baik pada kecakapannya di bidang tersebut.
  2. Anggota organisasi yang memiliki kontak yang paling penting dengan pihak-pihak legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
  3. Tokoh masyarakat/ LSM yang sudah dikenal.
  4. Kalangan jurnalis (wartawan, reporter, redaktur) yang berpengaruh dan memiliki kekuatan untuk membentuk opini
  5. Pembuat undang-undang, pejabat pemerintahan, pimpinan partai politik, dan lain sebagainya.
Tujuan dan Manfaat Lobi
Tentunya dari kegiatan lobi memiliki tujuan yang memang secara subtanstif dinilai sangat penting; Tujuan melobi adalah aktivitas (komunikasi) yang dilakukan untuk mempengaruhi (meyakinkan) orang atau pihak lain, sehingga orang atau pihak lain itu sependapat dan seagenda dengan kita. Sedangkan untuk manfaat yang bisa diperoleh sebagai berikut;
  1. Mempengaruhi pengambil keputusan agar keputusannya tidak merugikan para pelobi dari organisasi atau lembaga bisnis.
  2. Lobi juga berfungsi untuk menafsirkan opini pejabat pemerintah yang kemudian diterjemahkan dalam kebijakan perusahaan.
  3. Memprediksi apa yang akan terjadi secara hukum dan memberirekomendasi pada perusahaan agar dapat menyesuaikan diri dengan ketentuan baru dan memanfaatkan ketentuan baru tersebut.
  4. Menyampaikan informasi tentang bagaimana sesuatu kesatuan dirasakan oleh perusahaan, organisasi atau kelompok masyarakat tertentu
  5. Meyakinkan para pembuat keputusan bahwa pelaksanaan peraturan membutuhkan waktu untuk perizinan.
Norma dan etika dalam melakukan lobi
Seringkali dalam lobi tersimpan juga unsur negosiasi atau lobi berperan sebagai langkah awal dari negosiasi. Kekuatan negosiasi terletak pada fokusnya, yaitu yang bertumpu pada pencapaian kesepakatan yang saling menguntungkan. Kekuatan inti negosiator ulung adalah kemampuannya untuk memotivasi pihak lain atau yang diajak berunding untuk menerima tujuan negosiasi. Keterampilan bemegosiasi terletak pada kemampuan untuk memunculkan kekuatan persuasi.
Melobi adalah bentuk aktif dari kegiatan lobi, dimana pendekatan-pendekatan dilakukan secara tidak resmi. Melobi pada dasarnya merupakan usaha yang dilaksanakan untuk memengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandangan positif terhadap topik lobi, dengan demikian diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian tujuan.
Keberhasilan lobi pada satu pihak sama artinya dengan kerugian pada pihak lain. Pihak lain disini bisa jadi: kompetitor, masyarakat, ataupun mitra bisnis. Sebagai profesi, pelobi masih dianggap negatif bagi sebagian masyarakat kita karena ada anggapan bahwa fungsi lobi untuk mewujudkan kepentingan pelobi saja dan bukan untuk kepentingan masyarakat banyak. Sasaran pelobi sebagian besar adalah pejabat pemerintah, hal ini membuka peluang pejabat tersebut melakukan penyalahgunan wewenang, dimana satu pihak diuntungkan dan pihak lain dikalahkan dengan mendapatkan imbalan atau kompensasi tertentu berupa fasilitas, kemudahan, dan kemewahan. Kecenderungan negatif lobi didalamnya termasuk “uang suap”.
Oleh karena itu, dalam melakukan lobi tetap harus menggunakan norma dan etika yang sepatutnya, dan yang terpenting, dalam melakukan lobi kedua pihak sama-sama memiliki kesepakatan dan tanpa adanya unsur-unsur lain yang akan berdampak di kemudian hadi dalam melakukan suatu lobi.
Strategi melakukan lobi dan teknik melobi
Perlunya langkah cerdas dan penuh pertimbangan menjadi landasan utama melakukan lobi, sehingga rencana lobi bisa berjalan dengan baik. Diantara strategi lobi ialah;
  1. Kenali objek yang dituju, sehingga mengetahui seluk-beluk objek yang akan dituju. Hal ini sangat perlu karena teknik yang akan dipergunakan tergantung dari siapa yang akan dilobi. Untuk mencapai keberhasilan yang optimal, maka pelobi harus memahami atau mengenal dengan baik sifat, sikap dan pandangan bahkan mungkin perilaku orang yang akan dilobi.
Jika melalui orang ketiga, maka kita harus benar-benar memilih orang yang tidak memiliki masalah dengan pihak yang akan kita lobi, akan lebih baik jika kita mencari orang yang dekat dan berhubungan baik dengan target lobi. Serta orang yang paham betul tentang hal yang akan kita lobi kan dengan menggunakan alasan-alasan yang mendukung. Pengenalan ini diperlukan agar bisa ditentukan cara pendekatan yang akan dilakukan, atau pemilihan teknik komunikasi yang akan dipergunakan. Mendekati orang yang mudah tersinggung dan selalu serius dengan mendekati orang yang penyabar dan suka bercanda, tentu sangat berbeda. Kekeliruan atas hal ini akan berakibat fatal.
  1. Persiapan diri, segala sesuatu harus dipersiapkan baik mental dan kepercayaan diri agar tidak gugup ketika melakukan lobi.
Kesan pertama memiliki dampak yang signifikan ke depannya, maksudnya ialah bahwa kesan pertama harus mempunyai pesan yang baik antara dua belah pihak yang sedang melakukan lobi. Seorang pelobi harus mampu menampilkan diri dengan   baik, sehingga menimbulkan kesan yang positif bagi pihak yang dilobi Style cukup penting untuk menunjukkan siapa diri kita, jika akan melobi orang-orang penting penampilan luar bisa menjadi modal awal. Penampilan diri ini tidak berarti semata-mata hanya bersifat fisik (lahiriah) seperti pakaian dan sebagainya, tetapi juga kepribadian dan intelektualitas.
  1. Memperhatikan situasi dan kondisi
Situasi dan kondisi yang ada atau melingkupi suasana lobbying harus diperhatikan oleh pelobi, demikian pula perubahan-perubahan yang terjadi.  Hal ini terutama sangat penting dalam penggunaan cara menyampaikan pesan. Di tempat umum  misal di restoran, atau di tempat terbuka misal dalam olahraga  cara berbicara yang dipakai tentu berbeda dengan apabila dirumah atau dikantor. Tentu tidak tepat berbicara keras-keras diantara banyak orang lain, sementara dengan berbisikbisik di dalam rumah justru akan menimbulkan kesan yang negatif bagi tuan rumah. Pada saat  pembicaraan tengah berlangsung dan dianggap lancarpun, pelobi harus tetap memperhatikan situasi dan kondisi yang sewaktu-waktu bisa berubah. Jangan meneruskan ketika ada orang lain datang atau alihkan pada topik lain dengan cara yang wajar, karena meskipun mungkin pelobi tidak berkeberatan, tetapi mungkin yang dilobi yang tidak berkenan.
Cara-cara melobi
Ada beberapa cara-cara yang mungkin bisa menjadi rujukan pembaca sebelum melakukan tindakan lobi:
  1. Tidak langsung
Lobi bisa dilakukan dengan cara tidak langsung  hal ini mengandung pengertian  tidak harus satu pihak atau satu orang yang berkepentingan menghubungi mendekati sendiri pihak lain yang mau dilobi. Pendekatan itu bisa dilakukan dengan perantara pihak lain (terutama yang dianggap punya akses atau mempunyai hubungan yang dekat dengan pihak yang dilobi). Dalam hal seperti ini maka satu hal yang sangat penting diperhatikan oleh pihak yang melobi adalah kepercayaan atau kredibilitas pihak ketiga yang dijadikan perantara atau penghubung tersebut.
Kendala lain jangan sampai gara-gara lobbying yang dilakukan dengan menggunakan jasa pihak lain (pihak ketiga) justru merusak hubungan yang sudah ada, karena kesalahan atau ulah pihak ketiga tersebut. Cari orang yang tidak memiliki masalah dengan pihak yang akan kita lobi. Namun, Kendala lain dalam menggunakan cara tidak langsung adalah pihak ketiga atau perantara tersebut tidak selalu menguasai atau mengerti permasalahan atau objek yang jadi sasaran. Disamping itu apabila objek yang jadi sasaran bersifat rahasia maka akan membuka kemungkinan bagi kebocoran terhadap rahasia tersebut.
  1. Langsung
Berbeda dengan cara tidak langsung maka disini pihak yang berkepentingan (berusaha) harus bisa bertemu atau berkomunikasi secara langsung dengan pihak yang dilobi dengan kata lain pihak-pihak yang terlibat bertemu atau berkomunikasi secara langsung tidak menggunakan perantara atau pihak ketiga. Cara langsung ini jelas lebih baik dari pada cara tidak langsung tetapi kendalanya adalah bahwa :
  1. Pihak pihak yang terlibat tidak selalu saling mengenal.
  2. Tidak semua orang mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik.
  3. Kesan terhadap pribadi tidak selalu sama dengan dengan kesan terhadap lembaga. Jelasnya seseorang mungkin saja kurang suka atau kurang menghormati orang tertentu tetapi terhadap lembaga yang dipimpinnya dia tidak ada masalah dalam hal seperti ini tentu akan lebih baik apabila yang melakukan lobi adalah orang lain atau staf pada lembaga tersebut.
  4. Terbuka
Yang dimaksud dengan cara terbuka adalah lobi yang dilakukan tanpa ketakutan diketahui orang lain. Lobi yang dilakukan secara terbuka memang tidak harus berarti dengan sengaja diekspos atau diberitahukan kepada khalayak,  tetapi kalaupun diketahui masyarakat bukan merupakan masalah.
Lobi dengan cara terbuka ini biasanya dilakukan oleh dan diantara kelompok misalnya pendekatan yang dilakukan oleh OPP atau partai politik tertentu pada salah satu organisasi massa atau sebaliknya dan antara suatu Ormas pada Ormas yang lain.
  1. Tertutup
Yang dimaksud lobi dengan cara tertutup adalah apabila lobi dilakukan secara diam- diam agar tidak diketahui oleh pihak lain apalagi masyarakat. Lobi dengan cara ini biasanya bersifat perorangan yaitu yang dilakukan secara pribadi atau oleh seseorang pada orang tertentu. Lobi cara ini dilakukan karena apabila sampai diketahui oleh pihak lain maka bisa berakibat negatif atau merugikan pihak yang melakukan lobi tersebut maupun pihak yang dilobi.
Membangun jejaring
Membangun jejaring sosial atau social networking menjadi kebutuhan yang sukar untuk disangkal ketika seseorang telah menyelesaikan jenjang belajarnya di tingkat Perguruan Tinggi ataupun di bawahnya. Jejaring yang dimaksud adalah proses untuk saling memenuhi perihal keuntungan secara personal atau kelompok (instansi). Selanjutnya, dipaparkan ada beberapa rekomendasi yang bisa menjadi pertimbangan;
  1. Bisnis
Bisnis berasal dari bahasa inggris “business” yang berarti usaha, perdagangan, usaha komersial. Bisnis juga berarti “aktivitas guna meningkatkan nilai tambah barang dan jasa.” Kendala yang sering dihadapi di dalam bisnis adalah menjalin relasi yang luas. Anda harus bisa membuka setiap peluang. Jika anda bisa melakukan hal yang besar, maka akan anda mendapatkan hal yang jauh lebih besar.
Jika anda adalah seorang pebisnis tulen, maka hal di atas sangat mudah anda lakukan. Tetapi jika anda ragu-ragu, tidak ada salahnya untuk mencoba. Apalagi di zaman teknologi seperti sekarang, dimana manusia bisa berhubungan lewat media sosial, itu bisa membantu kita memperluas jangkauan untuk bisnis kita.
  1. Politik
Mendengar istilah ‘politik’ maka akan terlintas di pikiran pembaca; kegiatan yang sangat dekat pada hal-hal kenegaraan, partai, pemilihan umum, bahkan berujung pada konsekuensi ‘harus korupsi’. Cukup banyak dari kalangan aktivisis mahasiswa yang memutuskan menjadi politisi selesai tamat jenjang pendidikan S1. Bagi mereka menjadi politisi tidak serumit dibanding harus menjadi dosen atau pengusaha, hanya cukup bermodal relasi (dengan senior) dan cakap berbicara maka kemungkinan besar akan lancar menjadi seorang politisi.
Hal tersebut merupakan perspektif yang penting terutama dalam politik karena politik merupakan salah satu cara untuk membangun negara. Jangan karena politik biasa dianggap kotor, kita menjadi tidak peduli atau apatis dengan politik. Justru karena itu, pemuda-pemudi baru harus mulai bermunculan, mengambil alih, berkontribusi dengan kredibilitas, dan melangkah dengan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab.


  1. Akademisi
Pilihan alternatif yang super idealis untuk mahasiswa yang memiliki kepribadian dan sikap yang ‘tidak terlalu suka organisasi’. Mindset yang dibangun ialah ‘bagaimana cara saya bisa lulus cepat, paham banyak teori, dan prestasi akademik lancar’. Dan kemungkinan besar mereka hanya berkutat pada masalah ‘metode mengajar, kurikulum, pengembangan institusi, penelitian atau pendampingan masyarakat, hingga akreditasi lembaga’.
Semua proses atau pun keputusan nantinya ingin terjun pada pekerjaan apa, yang paling penting ialah cara dan startegi dalam membangun relasi atau networking. Karena hal tersebut akan mempengaruhi pada kelancaran pekerjaan ke depannya.
Kesimpulan
Teknik lobi tidaklah sulit, lakukan lobi sebagaimana biasanya anda bersilaturahmi kepada teman atau saudara. Persiapkan apa yang akan anda butuhkan saat lobi, kuasai dengan baik materi yang akan anda lobi. Berikan alasan-alasan yang kuat untuk melobi orang yang anda tuju. Jika anda belum merasa puas, maka lakukan lobi sekarang juga kepada teman anda, buktikan apakah anda sudah layak menjadi pelobi yang handal.
Menilik organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang ingin terus berkembang, tentunya membangun jaringan sangatlah penting. Dan membangun jaringan harus sesuai dengan kebutuhan. Mulai sekarang, mari kita list kontak hanphone kita dan orang-orang yang kita kenal, siapa yang sekiranya bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan kita yang haus akan jaringan. Lalu kita sowani orang-orang tersebut. Sehingga dari situ bisa timbul kerjasama yang saing menguntungkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Responsive Ads Here